Thursday, November 6

pagi..

Pagi yang seperti biasa kembali menyapa. Tetap dengan lenguhan ”pagi..” pada umi yang menjawab dengan dengkur manisnya. Masih bertemu kantuk yang menggelayut meski semalam telah dibuai mimpi. Hmm.. masih dengan doa yang kupanjatkan tergesa sambil meluncur turun dari peraduan...

Minum... reaksi pertama, seperti pagi yang sudah2. lalu berkelebat bayangan pekerjaan dan kesibukan rutin yang akan kulalui hari ini...
Waahh... tapi tetap saja, masih seperti biasa... tak ada yang beda.
Mandi, lalu melebarkan senyum di cermin yang memenuhi dinding sebelah kanan tempat tidur. Hmm.. masih biasa...

Baju seragam yang tergantung dibelakang pintu, jilbab biru tua favoritku, kaos kaki putih, kaos dalam warna biru- penghuni baru lemari bajuku.. meski begitu, masih tetap saja sama....

Sepatu putih pun sudah kupakai, salam.. lalu berangkat, menanti di luar gerbang kost, mobil L300 biru tua yang dikendarai Om Nono.. masih terasa sama... pukul 07.50, seperti pagi yang biasa aku menanti jemputan ke tempat kerja itu...

Upss.. tunggu! Ada yang berbeda. Dari belakang aku dikejutkan sosoknya. Hmm...rok panjang, jilbab lebar, dan senyum manis terkesan jahil, aku selalu berpikir senyum jahil itu memang dia ciptakan untukku, mengimbangi keisengan2 yang biasa kulakukan... ada apa pagi2 begini dia muncul di depan kost? Bukankah dia masuk siang, sama seperti umi?

Sapaan khas kami mengudara. Ternyata dia dari atm yang memang bersebelahan dengan kosku. Ahh senyum itu... benar2 wanita. Dan akan banyak yang sepaham denganku saat aku menjadikannya sosok wanita idola, wanita yang tegar dalam lemah lembut katanya. Yah.. dia memang idolaku. Dan kehadirannya saat ini, sudah membuat pagiku berbeda dari biasa.

Perbincangan menjadi sedikit serius ketika mengarah pada mimpi kami, mimpi yang mulai berwujud mungkin. Dan dia selalu menyebutku sebagai wanita yang melahirkan mimpi itu. Aahhh..saudaraku. bukan aku, bukan aku atau rahim mimpi kecilku yang melahirkannya. Tapi perjuangan kita. Mimpimu sendiri yang kemudian sedikit demi sedikit berusaha untuk aku wujudkan. Hanya karena fasilitas, dan sedikit keberuntungan. Tapi toh semuanya karena mimpi mu, dan mimpi teman2 wanita yang lain. Aku merasa tak berhak mendapat julukan sebagai ibu mimpi2 itu. Karena sampai sekarangpun, bayi mimpi kita belum bisa aku lahirkan. Belum.. aku yakin belum.. dan bukan tidak bisa.

Hmm.. inilah yang membuat pagiku berbeda. Berbicara denganmu, tentang mimpi kita membuat mataku seperti menemukan kembali cahayanya.. hmmm.. mulai bisa kuhirup wangi jejak hujan semalam yang sebelumnya terganggu kemalasan yang luar biasa, karena rutinitas. Jengah... membuatku tak bisa memikirkan hal lain.

Sampai saat aku berangkatpun, gairah itu telah menguasai diriku dan semangatku... sedikit terganggu ketika mobil jemputan ini berhenti di depan kos lama, tempat yang kusebut ... kuburan mimpiku ...
Ayu telah masuk kedalam mobil. Bibir mungilnya pun –seperti biasa- berceloteh tentang kabar terakhir yang rasanya harus diupdate tiap hari padaku... yahh... whatever, Yu... setidaknya aku memang masih punya kewajiban untuk tidak memutuskan tali silaturahmi :)

Masih berceloteh, sementara anganku tetap sibuk pada mimpi2 yang berada dalam pengharapan tertinggi, dalam harapku, dalam harap wanita idolaku, dalam harap wanita2 yang memimpikan dipandang dan dikenal karena otak, bukan dari kenes senyumnya, dari cericit bibirnya, dari berapa centi bedak taburnya, dari berapa tinggi rok yang dipakainya, dari berapa besar kewanitaannya... huufff... mahalnya memperjuangkan harga diri. Tapi aku tak akan berhenti, karena senyum jahil itu tentu akan berhenti mengembang, karena kuncup2 harapan itu pasti akan layu, karena nasibku pun dipertaruhkan disini, segalanya. Ideologi, egoisme, fanatisme, loyalitas... semua yang mewarnai rutinitasku...

Yah... meski menjemukan, ternyata rutinitas masih kubutuhkan untuk mewujudkan subjectiveku...

Pagi ini akan tetap sama dengan rutinitasnya... usahaku yang akan membedakannya. Usaha untuk melahirkan mimpi itu. Semoga :)

- untuk mimpi dan harapan menjadi wanita yang lebih baik lagi -

No comments: