Monday, December 22


aku masih mengingat saat itu. saat kau terbaring lemah, dan tersenyum tipis menyambut kedatanganku dengan wajah letihmu.

Hmm… aku tak pernah menyangka akan begini jadinya.
Kau selalu begitu. Tak 
pernah menganggap serius tanda2 dalam tubuhmu. Dan kau akan terus bekerja, memaksa tubuhmu, agar semua orang yang kau cintai bisa merasa nyaman berada di rumah. Kecuali aku...

Tepat 2 bulan aku tak mengunjungimu kala itu. Berbincang, bertukar pikiran, hal2 yang akhirnya bisa juga kau percayakan padaku. Aahh.. bangganya aku saat itu. Saat semua apa yang kau rasakan bisa kau ungkap denganku. Dan aku merasa begitu dewasa. Merasa kepercayaan diriku berlipat 200 kali, saat menatap matamu, saat mendengar ceritamu tentang hidup yang menggebu. Jelas aku yang salah. Justru disaat kita merasa saling nyaman untuk berbincang, aku lebih memilih waktu dengan yang lain. Terus terlelap pada rutinitas yang memaksaku jauh darimu.

Sesalku...

Terlebih saat kutahu sakit itu memaksamu beristirahat total di kasur yang seadanya. Dan semua bilang setiap malam hanya namaku yang disebut...

Aku...

Aku juga mendengar cerita bahwa sebelum2nya kau tak pernah berhenti bekerja, dan melupakan jam2 makanmu. Tak beristirahat sedikitpun. Menonton acara tivi favoritmu,, duduk di teras depan memandang orang2 dan aktifitas jalan. Semua itu tak lagi kau lakukan.. adakah karena aku tak lagi bisa menemanimu?? Adakah semua kesepian itu kau salurkan pada pekerjaan2 yang tak pernah akan ada habisnya?

Dan aku memandang mata itu. Sayu. Sepi. Tapi taukah kau aku sekaligus berbahagia saat itu? Karena disaat yang sama aku memandang mata yang lain yang begitu memperhatikanmu. Dibalik semua sikap egoisnya, semua sikap keras kepalanya, dia menjagamu siang malam. Bahkan mengantarmu ke kamar mandi. Akhirnya aku tau juga apa yang menyatukan kalian berdua. Kenapa kau begitu sabar menghadapinya. Dan kenapa dia juga begitu ingin kau berbahagia. Kalian adalah dua sosok yang sejatinya tak bisa dipisahkan. Aku ingat lagi pada ’grundelan2mu’ tentang dia dikala dia tetap memilih pergi dengan teman2nya daripada menemanimu menonton tivi. Dan ingat juga pada kerut2 di dahinya saat kau melakukan hal2 yang tak disukainya. Tapi lalu, pada akhirnya saat semuanya tersadar, ada moment pengganti untuk kalian berdua. Maaf memang tak pernah terucap, tapi perbuatan itu yang akhirnya melebur semua kecewa dan amarah. Semangkuk bakso yang dia hadiahkan untukmu. Adenium jenis baru yang bisa dia beli dengan harga murah, lalu kalian berdua akan dengan sabar merawat tanaman itu. Saling mengingatkan untuk menjemur atau menyiramnya, hingga dia tumbuh menjadi bunga yang membuat iri hati setiap mata yang memandang...

Aahhh.. mungkin begitulah saat kalian merawat kami, 4 orang anakmu. Kalian menjadi begitu kompak bila berbicara tentang kami. Masa depan kami. Berkisah tentang cengengnya diriku diantara saudara2 yang lain. Tentang kelahiran adek yang terasa seperti sebuah keajaiban bagi kami. Tentang mas yang menjadi satu2nya anak lelaki yang kau banggakan selalu. Tentang mbak dan little dudu yang selalu kalian bilang mengubah hidup kalian menjadi jauh lebih baik...

Dan aku selalu menantikan saat2 kepulanganku. Saat aku bisa melihatmu tersenyum menyambutku. Atau saat kau melepas diriku kembali dalam rutinitasku. Karna kau tak pernah menghalangi apa yang aku lakukan.

Bagimu, cukup dengan kepercayaan tingkat tinggi untuk menjagaku. Bagimu, cukup dengan doa2 sepanjang malam yang terus kau lantunkan. Bagimu, cukup dengan segelas teh manis hangat di pagi hari saat aku menghabiskan liburan di rumah kecil kita.

Bagimu, cukup dengan semangkuk mie instant plus sayuran serta tawa canda yang membuatku kenyang.

Bagimu, cukup dengan menemaniku tidur dan membangunkanku solat subuh.

Bagimu, cukup dengan kata

”Ibu percaya al tau yang terbaik”

Disaat banyak anak merasa terkungkung dengan kasih yang berlebih yang aku pernah merasa iri dibuatnya, akhirnya aku tersadar, betapa kata2 itu yang membuatku selalu belajar, dan kata2 itu yang menjadi bukti kasihmu padaku...


Selamat pagi, Bunda... adakah hari ini kau tersenyum menyambut harimu?? I’ll be home this weekend, dan mengganti setiap sepi yang kau rasakan, meski tak pernah sanggup aku membalas kebaikanmu, sepanjang umurku.

No comments: