Thursday, October 16

Dulu siapa, sekarang siapa, dan nanti siapa??

Tiba2 saja bergidik sendiri, bukan… bukan karena 3 AC yang dinyalakan dengan kekuatan penuh, sehingga hawa menjadi begitu dingin, sangat kontras dengan di luar sana…
Tapi karena sebuah tulisan, yang menyadarkan kembali, betapa telah jauh aku berlalu dari keinginan dan janji2 manis yang dulu pernah terucap....

Hmmm... sejenak mengucap syukur...
Allah, terimakasih Kau masih memberiku kesempatan mengingat dan berusaha memenuhi janjiku...

Sadar diri, saya hanyalah satu bagian dari beribu orang yang tak jelas arah tujuan hidup. Justru disaat saya memperoleh kepercayaan diri untuk bangga menjadi saya sendiri. Betapa ironisnya....

Dulu siapa, sekarang siapa, dan nanti siapa??

Dulu saya seorang papa yang hanya bisa mengucap janji, nadzar tepatnya... karena saya tak punya tangan untuk memberi, tak punya kaki untuk berlari, tak punya telinga untuk berbagi, hanya punya mata untuk sadari diri, dan punya hati untuk sekedar mengucap janji....

Ya Allah, bila saja kehidupan menjadi lebih baik bagi hamba... hamba ingin membuat segalanya jadi lebih baik untuk semua. Jika dengan tangan kecil ini hamba bisa membuat perubahan baik meski sedikit saja, maka kabulkanlah doa hamba untuk menjadi ”seseorang”.

Waktu berjalan. Perlahan kaki mulai tumbuh hingga saya mulai bisa merangkak. Membuat sedikit pertahanan dengan menghindari. Namun ternyata tak cukup hanya menghindar. Segalanya membutuhkan perlawanan jika kita tak ingin dicap sebagai pengecut... maka saya butuh tangan.
Bukan urusan mudah jika tangan itu tiba2 muncul dari seonggok daging di pinggir tubuh saya. Linangan air mata ibu yang saya percaya bisa menumbuhkannya, karena beliau adalah kepanjangan dari ridho Allah, seperti yang selalu saya yakini....
Hmm... ibu... saya tak tega membayangkan berapa juta galon air mata yang terus kau kucurkan demi sebuah tangan? Padahal hingga kini pun tangan ini masih belum sanggup melindungimu...
Tapi percayalah, Ibu. Jangan menangis lagi, karena saya sudah lebih baik dari sebelumnya...
Kaki, tangan mulai bisa membentengi diri saya sekarang... seiring waktu telingapun tumbuh dan mulai bisa mendengar... sudah saatnya berbagi... merangkai sebentuk puzzle untuk menjadi ”seseorang”

Maka sekarang doaku adalah
Ya Allah, jadikanlah ucapan syukur sebagai kata pertama yang mengawali hari hamba. Lindungi hamba dari rasa berbangga hati, dari rasa sombong dan ingin menguasai, dari rasa memiliki yang berlebihan. Ijinkanlah jiwa pasrah tumbuh di hati hamba. Mendasari segala perilaku hamba, hanya karena RidhoMu. Hanya ingin menepati janji hamba pada semua orang yang mempercayai hamba, atau bahkan pada orang2 yang meremehkan hamba.
Jauhkanlah sifat pendendam, atas segala caci yang terucap, atas segala janji yang tak terjawab, atas segala rasa yang tak terbalas...hamba hanya ingin berlindung padaMU...


apa saya? Siapa saja? Mengapa saya? Kapan saya? Bagaimana saya?
I’ll try my best 
Thx Allah, untuk selalu percaya pada hamba 

No comments: