Thursday, October 9

"Riyoyo Kupat"

Kemaren hari pertama masuk kerja, masih suasana lebaran… abis senam pagi, berjejer2 deh, salaman, saling memohon maaf… senyum ga henti2 selalu ditebar, harapannya, semoga semua khilaf, rasa mangkel, benci, lebur, ilang seiring senyum yang terurai dan eratnya jabat tangan… Subhanallah, indahnya silaturahmi… :)

Tu yang shift pagi. Laen lagi yang shift sore. Begitu Al turun, langsung de pada berebut salaman, ngalah2in seleb. Hehehe... maklum, emang shift ini yang jauh lebih akrab ma Al, coz dulu waktu masih di Production Dept., Al masuk shift ini... hmmm... rasanya lega banget bisa saling bermaafan, mengakui semua kesalahan, dan berani memohon maaf. Jarang kan hari gini ada yang gentle mengakui salah dan memohon maaf..hehehe....

Seperti filsafat jawa kuno yang diasimilisasikan dengan keislaman, yaitu Lebaran Ketupat
... wew.. Al baru tau, kl ternyata Lebaran Ketupat, atau dalam bahasa Al di malang, ”Riyoyo Kupat” memiliki makna yang dalam. Kemaren iseng2, hasil ngobrol ngalur ngidul ma sam Noy, akhirnya ngerti deh meski belum sempurna.

Kupat, atau lazim disebut ketupat, adalah sebuah simbol yang memiliki beberapa makna.

1. kupat = ngaku lepat
artinya, mengakui kesalahan. Jadi setelah melalui bulan puasa, kemudian Idul Fitri, umat Islam diwajibkan untuk saling memohon maaf, mengakui kesalahan kepada setiap orang.

2. kupat = laku papat
artinya adalah, menjalankan yang empat. Apa saja itu? Pertama adalah puasa Ramadhan, kedua Zakat Fitrah, ketiga Sholat Ied, dan keempat Puasa Syawal. Setelah melakukan semua hal tersebut, baru dirayakan kembali dengan riyoyo kupat ini. Maka dari itu, di jawa khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur, selalu merayakan riyoyo kupat seminggu setelah lebaran, karena menuntaskan puasa Syawal dulu setelah berlebaran.

3. Kupat terbuat dari Janur kuning sebagai pembungkusnya, dan beras sebagai isinya. Beras disimbolkan sebagai kebutuhan dunia, atau nafsu. Dan janur, dalam bahasa jawa kuno bermakna frasa ”Sejatining Nur” atau lentera jiwa alias hati nurani. Jadi simbol kupat bermakna, mengekang atau menahan hawa nafsu dengan hati nurani. Manusia memiliki hati nurani sebagai filter dalam setiap tindakan yang dia lakukan. Bagaimanapun tingkah yang manusia lakukan, sebagai manusia yang beriman, hati nuraninya akan tetap menyuarakan perilaku yang seharusnya dilakukan. Wew... ga nyangka bener maknanya sedalam ini..hehe

4. Ada juga yang menyimbolkan janur kuning sebagai penolak bala, dan beras sebagai lambang kemakmuran. Diharapkan setelah merayakan ”lebaran kecil”, setiap umat muslim akan mendapatkan kemakmuran dan keberkahan.

5. Santan, sebagai bahan dasar opor ayam atau sayur yang menemani sang kupat, juga memiliki makna loh... dalam bahasa jawa, santen, bermakna frasa pangapunten alias memohon maaf...

6. Kupat memiliki bentuk yang beraneka ragam, ada kupat jago, kupat masjid, kupat persegi panjang, dsb yang didasarkan pada berapa helai janur yang digunakan. Ini bermakna bahwa memohon maaf bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, sebab ini adalah perintah Allah yang tercantum dalam Al-Quran :
Wasari'u ila maghfiratin min rabbikum wa jannah.
(Wahai para manusia, bergegaslah engkau meminta maaf dari Tuhanmu dan kelak menuju surga.)

7. Kupatan, umumnya dilaksanakan serentak seminggu setelah hari Raya Idul Fitri. Jaman dahulu, pembuatan ketupat yang membutuhkan proses lama, antara lain menganyam janur menjadi kupat, dilakukan bebarengan dengan tetangga kanan kiri. Hal ini mewujudkan silaturahmi dan hubungan kekerabatan yang baik dalam lingkungan tersebut. Setelah jadi pun, maka akan dilakukan ”ater-ater”, atau saling memberi kupat dan pelengkapnya pada sanak saudara dan tetangga dekat. Sekali lagi, silaturahmi yang kuat tercermin dalam tradisi ini. Karena seperti ajaran Islam, Allah melarang seseorang untuk memutuskan tali silaturahmi, dan menjauhkan surga darinya. Naudzubillah min dzalik... semoga kita termasuk dalam golongan orang2 yang selalu mempererat silaturahmi...

Masih banyak simbol2 lain yang tedapat dalam tradisi riyoyo kupat. Secara garis besar, budaya asimilasi dari walisongo ini menekankan pada setiap muslim untuk selalu mengakui kesalah, segera memohon maaf, dan mempererat silaturahmi. Selain itu, Riyoyo Kupat mempunyai peran sebagai sarana berbuka setelah sebulan berpuasa ramadhan, ditambah dengan 6 hari puasa Syawal. Jadi, tak hanya menampilkan perayaan hura2 saja, tapi tradisi ini mengajak setiap muslim untuk selalu melakukan kewajiban2 dahulu, baru mendapatkan hak2nya untuk merayakan kemenangan...

Subhanallah... ternyata, dari tradisi yang Al pikir hanya sebagai perayaan Idul fitri saja, terkandung banyak makna dan pelajaran hidup. Hmmm...masih banyak yang belum al tau ce.. silahkan ditambahi ya... :D

1 comment:

percuma cakep klo ga lucu said...

kadose sampun cekap meniko :D

tapi rencangipun kupat (lepet) dereng dipun ulas ...
menawi pareng nambahi, lepet meniko sejatosipun disilep sing rapet, yg artinya menutup semua kesalahan rapat-rapat, ato lepet sendiri bermakna lepat ato salah. jadi pada intinya manusia dituntut mempunyai sifat rendah hati dngn memohon maaf terlebih dahulu kepada orang laen :D